Menghidupkan Ekowisata dalam Pendidikan Nonformal: Jalan Baru Mencegah Anak Tidak Sekolah dan Membangun Kemandirian Masyarakat
Oleh: Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten Cianjur
Di tengah laju perubahan sosial dan ekonomi yang semakin cepat, kita menghadapi tantangan besar di Kabupaten Cianjur: meningkatnya jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) dan remaja yang tercecer dari proses pendidikan. Fenomena ini bukan sekadar persoalan angka, tetapi persoalan masa depan. Ketika anak dan remaja kehilangan ruang belajar, mereka kehilangan peluang untuk bermimpi dan membangun kehidupannya.
Sebagai Kabid PAUD dan Pendidikan Masyarakat, saya memandang bahwa pendidikan nonformal—PKBM, SKB, kelompok belajar, serta komunitas pendidikan masyarakat—harus terus hadir sebagai penyelamat kesempatan bagi mereka yang terputus dari pendidikan formal. Namun lebih dari itu, pendidikan nonformal harus memberikan keterampilan nyata, sesuatu yang bernilai, relevan, dan mampu mengembalikan harga diri warga belajar.
Salah satu kekuatan terbesar Cianjur adalah alam. Gunung, kebun, air terjun, budaya, udara sejuk, dan kehidupan masyarakat pegunungan adalah berkah yang tidak ternilai. Dan di sinilah kami melihat harapan baru melalui ekowisata.
Mengapa Ekowisata Harus Dihadirkan dalam Pendidikan Nonformal?
Ekowisata bukan hanya tentang jalan-jalan atau wisata alam.
Ia adalah pendidikan karakter, konservasi, ekonomi kreatif, dan kemandirian hidup.
Melalui pendekatan muatan lokal, peserta didik pendidikan nonformal dapat mempelajari:
cara menjadi pemandu wisata lokal (eco-guide),
teknik konservasi alam dan budaya,
pengelolaan kebun dan agro-ekowisata,
pengelolaan homestay dan wisata edukasi,
kemampuan komunikasi dan pelayanan wisata,
serta etika menjaga lingkungan.
Dengan keterampilan ini, warga belajar tidak hanya kembali bersekolah—tetapi juga memiliki arah hidup dan kesempatan ekonomi.
Inilah inti dari pendidikan: mengembalikan masa depan.
Muatan Lokal Ekowisata: Langkah Strategis Menahan Laju ATS
Pendidikan nonformal memiliki fleksibilitas yang tidak dimiliki jalur lain.
Di PKBM dan SKB, kurikulum dapat disesuaikan dengan potensi lokal.
Karena itu, kami mendorong penguatan muatan lokal Ekowisata sebagai salah satu strategi utama:
- Menarik minat belajar remaja dan pemuda
Banyak peserta didik yang kehilangan motivasi belajar karena pelajaran dianggap jauh dari kehidupan mereka.
Ketika materi berbasis alam, budaya, dan realitas lingkungan sekitar, mereka menjadi antusias kembali.
- Membekali keterampilan untuk bekerja dan berwirausaha
Ekowisata membuka banyak peluang: jasa wisata, kuliner lokal, kerajinan, edukasi alam, hingga UMKM digital.
Keterampilan ini dapat menjadi modal hidup bagi peserta didik.
- Menguatkan jati diri daerah
Remaja yang belajar ekowisata mempelajari kembali budaya, alam, dan sejarahnya.
Mereka tumbuh sebagai generasi yang bangga akan tanah kelahirannya sendiri.
- Menjadikan pendidikan nonformal lebih adaptif dan relevan
Kurikulum tidak lagi sekadar teori, tetapi pelatihan nyata yang dapat menghasilkan pendapatan.
Ekowisata sebagai Dasar Kemandirian Masyarakat
Pendidikan nonformal bukan hanya mencetak lulusan—tetapi mencetak warga yang mandiri.
Ekowisata adalah model pendidikan yang mengajarkan:
keberanian mengambil keputusan,
kepedulian pada lingkungan,
kreativitas dalam memanfaatkan potensi daerah,
kolaborasi antar masyarakat,
serta kemampuan mengembangkan usaha kecil.
Ketika masyarakat menjadi mandiri, maka pendidikan telah berhasil menjalankan fungsinya yang tertinggi.
Penutup: Pendidikan Nonformal sebagai Cahaya di Tengah Jalan yang Gelap
Anak tidak sekolah adalah tantangan berat, tetapi bukan akhir segalanya.
Melalui pendidikan nonformal yang inovatif, berbasis potensi lokal, dan berakar pada realitas masyarakat, kita dapat membuka kembali pintu masa depan mereka.
Ekowisata adalah salah satu jembatan itu—jembatan yang menghubungkan pendidikan, lingkungan, budaya, dan kemandirian ekonomi.
Semoga langkah kecil ini menjadi cahaya, menghidupkan kembali harapan, dan membuka jalan bagi lahirnya generasi Cianjur yang kuat, berkarakter, dan mandiri.
— Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kabupaten Cianjur












