Home / Teluk Naga / Pesisir yang Dijaga: Penanaman Mangrove sebagai Ikhtiar Manusia Menahan Abrasi dan Menjaga Amanah Alam

Pesisir yang Dijaga: Penanaman Mangrove sebagai Ikhtiar Manusia Menahan Abrasi dan Menjaga Amanah Alam

Tanjung Pasir, Teluknaga — 30-11-2025
Di garis pantai yang terus digerogoti ombak, masyarakat pesisir memilih langkah sederhana namun penuh makna: menanam mangrove untuk menahan abrasi dan memulihkan keseimbangan alam. Upaya ini tumbuh dari kesadaran bahwa bumi tidak hanya ditinggali, tetapi juga harus dijaga.

Dalam kegiatan pemantauan lingkungan di kawasan pesisir, aktivis lingkungan Mas Nur dan Bedi Budiman hadir langsung melihat proses penanaman mangrove yang dilakukan masyarakat. Mereka berdiskusi mengenai cara-cara sederhana namun efektif yang dapat dilakukan untuk memperkuat pertahanan alami pantai.

Bibit mangrove diperoleh dari buah yang dicangkok, kemudian disemaikan dalam polibek berisi tanah. Setelah melalui masa pemeliharaan awal, bibit ditanam saat berumur dua hingga empat bulan—ketika helai daun pertamanya mulai tumbuh sebagai tanda kekuatan hidup. Enam bulan setelah penanaman, mangrove mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan pesisir dan memperkuat akar untuk menahan gelombang serta menstabilkan tanah.

Mas Nur menjelaskan bahwa mangrove bukan hanya pelindung pantai, tetapi juga penjaga ekosistem. “Mangrove bekerja dalam diam, tapi dampaknya besar. Ia memeluk tanah, menahan abrasi, dan menjadi rumah bagi makhluk-makhluk kecil yang menjadi penanda hidupnya sebuah pesisir,” ujarnya.

Sementara itu, Bedi Budiman menekankan bahwa gerakan menanam mangrove adalah bentuk kewajiban moral dan spiritual. “Dalam ajaran mana pun, manusia selalu disebut sebagai penjaga bumi. Menanam mangrove bukan sekadar menanam pohon—ini adalah bagian dari menjaga amanah Tuhan, menjaga semesta agar tetap memberi kehidupan,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa langkah kecil seperti penyemaian dan penanaman bibit ini merupakan sedekah ekologis. Meski sederhana, manfaatnya berlangsung lama dan menjadi warisan bagi generasi berikutnya.

Pesisir Tanjung Pasir menjadi saksi bahwa perubahan besar bisa berawal dari langkah-langkah kecil. Dari tangan masyarakat yang menanam bibit, dari kepedulian aktivis lingkungan seperti Mas Nur dan Bedi Budiman, dan dari hati yang mengerti bahwa semesta memberi kehidupan dengan penuh kasih—maka manusia berkewajiban menjaganya dengan penuh tanggung jawab.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *