Home / Pendidikan / Narasi Edukasi Pendidikan Nonformal tentang Internaliasi Wawasan Kebangsaan Sejak Dini

Narasi Edukasi Pendidikan Nonformal tentang Internaliasi Wawasan Kebangsaan Sejak Dini

Oleh: Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan nonformal memiliki kedudukan strategis dalam membangun kesadaran kebangsaan yang utuh, inklusif, dan berkelanjutan. Dalam konteks kebangsaan Indonesia yang majemuk, wawasan kebangsaan bukan sekadar pengetahuan normatif tentang negara, simbol, atau sejarah perjuangan, melainkan sebuah kesadaran batiniah yang menautkan identitas individu dengan nasib kolektif bangsa.

Sejak dini, peserta didik—baik dalam satuan PAUD, pendidikan kesetaraan, maupun program pendidikan masyarakat—perlu diperkenalkan pada hakikat kebangsaan sebagai ruang hidup bersama. Wawasan kebangsaan harus dipahami sebagai pandangan hidup yang menempatkan bangsa bukan semata entitas politik, tetapi sebagai ikatan historis, kultural, dan moral yang dibangun melalui pengorbanan, perjuangan, serta cita-cita luhur para pendiri bangsa.

Dalam perspektif filosofis, wawasan kebangsaan adalah kesadaran tentang being together—kesadaran bahwa manusia Indonesia tidak pernah hidup dalam ruang hampa, melainkan dalam jejaring sejarah, nilai, dan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, pendidikan nonformal tidak cukup hanya mentransfer pengetahuan kognitif, tetapi harus menumbuhkan rasa (sense of belonging), empati sejarah, dan tanggung jawab etis terhadap bangsa.

Pendidik dan tenaga kependidikan nonformal memegang peran sentral sebagai subjek yang terlebih dahulu memahami keluasan makna wawasan kebangsaan. Mereka bukan sekadar pengajar materi, tetapi penuntun kesadaran. Ketika pendidik memahami bahwa wawasan kebangsaan mencakup nilai persatuan, penghormatan terhadap keberagaman, kedaulatan moral, serta keadilan sosial, maka proses pembelajaran akan menjelma menjadi ruang refleksi dan pembentukan karakter.

Melalui pendekatan edukatif yang humanis dan kontekstual, peserta didik diajak mengenal perjuangan para pendiri bangsa bukan sebagai cerita masa lalu yang beku, melainkan sebagai sumber nilai yang hidup. Perjuangan tersebut mengajarkan tentang keberanian melawan ketidakadilan, kesediaan berkorban demi kepentingan bersama, dan keteguhan menjaga martabat bangsa. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan secara perlahan, konsisten, dan berkesadaran.

Pendidikan nonformal, dengan fleksibilitas dan kedekatannya pada realitas masyarakat, memiliki keunggulan dalam menanamkan wawasan kebangsaan secara praksis. Melalui dialog, keteladanan, dan pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, rasa cinta tanah air tidak dipaksakan sebagai slogan, tetapi tumbuh sebagai kesadaran moral.

Pada akhirnya, wawasan kebangsaan yang tertanam sejak dini akan membentuk generasi pembelajar yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara kebangsaan. Generasi yang mampu menjaga keutuhan bangsa, menghormati jasa para pejuang, serta berkontribusi secara bertanggung jawab dalam kehidupan bernegara. Inilah tujuan luhur pendidikan nonformal: memanusiakan manusia Indonesia dalam bingkai kebangsaan yang beradab dan berkeadilan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *