Home / Pendidikan / Dimensi Profil Lulusan

Dimensi Profil Lulusan

Oleh: Deni Hermawan

Penetapan penggunaan Kurikulum Merdeka dalam dunia pendidikan di seluruh Indonesia—mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi—telah memasuki babak baru. Kurikulum ini tidak sekadar dokumen kebijakan, tetapi upaya perubahan paradigma yang memandang pendidikan sebagai proses pembentukan kesadaran manusia, bukan sekadar transfer pengetahuan.

Jika dicermati, terdapat dua premis yang melandasi pemaknaannya. Pertama, premis teologis. Kurikulum Merdeka dapat dilihat sebagai penguatan nilai konatif, yakni kesadaran untuk bertindak sesuai kebenaran. Dalam tradisi Islam, wahyu pertama diawali dengan perintah iqra (bacalah!). Ini menunjukkan bahwa membaca adalah fondasi peradaban; membaca teks, membaca makna, membaca kehidupan. Tuhan mendidik Nabi Adam AS dengan mengajarinya nama-nama segala hal hingga memahami hakikatnya, lalu memperkenalkan alam semesta dan tanggung jawab menjaga keseimbangannya. Perintah membaca adalah perintah merenung, memahami, merawat, dan memakmurkan ciptaan.

Kedua, premis sosiologis. Apa yang tergelar di luar diri manusia—alam, budaya, peristiwa dan hubungan sosial—adalah ayat Tuhan yang tersirat (ayat qauniyah) yang wajib dikaji secara mendalam demi kemaslahatan makhluk. Karena itu, arah Kurikulum Merdeka tidak tepat jika hanya diarahkan untuk mencetak “pelajar Pancasila” dalam batas identitas peserta didik. Falsafah bangsa Indonesia lebih luas: membentuk manusia Pancasila, manusia Indonesia yang terdidik, beradab, berbudaya, mampu mengolah pengetahuan, rasa, cipta, dan daya, sehingga layak menjadi wakil Tuhan di bumi.

Manusia Pancasila adalah manusia yang berdikari, mandiri, tidak bergantung pada bangsa lain, dan berpijak kokoh pada tanah air sendiri. Ia mampu membaca secara tekstual dan kontekstual, serta menyadari bahwa belajar tidak berhenti di sekolah, tetapi terus berlanjut dalam kehidupan.

Oleh sebab itu, perubahan istilah dari “profil pelajar Pancasila” menjadi dimensi profil lulusan mengisyaratkan bahwa Kurikulum Merdeka bertujuan melahirkan manusia yang benar-benar selesai dalam proses membaca kehidupan sebagai bekal memasuki pengabdian kepada bangsa. Profil lulusan bukan tanda akhir, melainkan pintu awal bagi manusia untuk berperan memakmurkan negeri. Lulusan sejati bukan hanya bekerja, tetapi berkarya; bukan hanya menjadi ahli, tetapi menjadi manusia; bukan hanya mampu, tetapi bertanggung jawab.

Dengan demikian, dimensi profil lulusan adalah amanah agar manusia Indonesia menjadi manusia yang membawa nilai, menjaga kehidupan, dan membangun peradaban berdasarkan iman, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Semoga refleksi ini bermanfaat bagi upaya kembali memaknai pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dan memerdekakannya sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *