Oleh: Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Dikmas Kabupaten Cianjur
Dalam perjalanan pendidikan seorang anak, sekolah adalah tempat yang penting. Tetapi jauh sebelum seorang murid duduk di bangku kelas, ia telah belajar di pangkuan ibunya, pada pelukan ayahnya, di ruang sederhana rumahnya yang menjadi saksi tumbuhnya kata pertama, tangis pertama, tawa pertama, serta doa pertama. Di sanalah pendidikan benar-benar dimulai — jauh sebelum sekolah dibangun, keluarga sudah menjadi madrasahnya.
Setiap sikap orang tua adalah pengajaran. Nada bicara orang tua menjadi tata bahasa emosi anak. Cara orang tua memecahkan masalah menjadi kurikulum logika bagi anak. Bahkan diamnya orang tua sering kali lebih keras dari nasihat panjang. Tidak ada jeda, tidak ada jam istirahat; pendidikan dalam keluarga berlangsung dari bangun tidur hingga kembali terpejam.
Kita terbiasa berkata bahwa sekolah harus mencetak karakter, tetapi karakter pertama justru dibentuk dari cara anak melihat manusia yang pertama kali ia kenal: kedua orang tuanya. Jika seorang anak tumbuh dalam suasana damai, ia belajar ketenangan. Jika ia tumbuh dikelilingi kasih sayang, ia belajar percaya. Jika orang tua memberikan batas tanpa menghilangkan ruang kebebasan, anak belajar tanggung jawab. Maka pendidikan keluarga bukan tugas tambahan — tetapi peran utama.
Dalam tradisi keislaman, Rasulullah ï·º menegaskan bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Orang tua adalah pemimpin pendidikan pertama. Rumah adalah sekolah awal. Dan doa sederhana dalam sujud ayah atau ibu sering kali menjadi bimbingan paling jauh jangkauannya, melebihi bangunan dan fasilitas mana pun.
Karenanya, PAUD dan lembaga pendidikan masyarakat hadir bukan untuk menggantikan peran keluarga, tetapi untuk berjalan bersama. Kami memahami bahwa tantangan zaman semakin kompleks. Teknologi, media, dan perubahan sosial menawarkan kecepatan informasi, tetapi belum tentu menyediakan kedalaman makna. Karena itu keluarga harus tetap menjadi jangkar yang menahan arah — tempat anak pulang bukan hanya secara fisik, tetapi secara nilai.
Jika orang tua adalah madrasah pertama dan utama, maka mari kita rawat peran itu dengan cinta yang menguatkan, ketegasan yang mendewasakan, keteladanan yang mengarahkan. Sebab anak belajar bukan dari apa yang kita perintahkan, tetapi dari apa yang kita lakukan ketika tidak ada yang melihat.
Sekolah akan mengajarkan banyak hal, tetapi rumah mengajarkan yang paling melekat.
Dan sebelum anak mengenal dunia, ia belajar mengenal cintanya terlebih dahulu di rumahnya.












