Home / Pendidikan / REFLEKSI PENDIDIKAN “PAUD: PONDASI KARAKTER SEBELUM PENGETAHUAN”

REFLEKSI PENDIDIKAN “PAUD: PONDASI KARAKTER SEBELUM PENGETAHUAN”

Oleh: Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Dikmas Kabupaten Cianjur

Ketika kita berbicara tentang Pendidikan Anak Usia Dini, yang seharusnya pertama kali terlintas bukanlah kemampuan calistung, bukan pula lomba kecerdasan buatan di usia dini, dan bukan pula target-target akademik yang membuat anak kehilangan masa bermainnya. PAUD sesungguhnya adalah tahap awal pembentukan karakter sebelum pengetahuan ditambahkan.

Seorang anak seperti tanah yang subur. Apa pun yang ditanamkan akan tumbuh — tetapi jenis tanaman dan arah tumbuhnya sangat bergantung pada bibit dan tangan yang menanamnya. Di usia inilah anak belajar merasa sebelum berpikir, meniru sebelum mengerti, menyerap sebelum mampu menyaring. Maka yang mereka butuhkan bukan tumpukan tugas, tetapi teladan; bukan tekanan, tetapi pelukan; bukan perintah yang memaksa, tetapi dialog yang menyadarkan.

Pengetahuan bisa diajarkan kapan saja, tetapi karakter membutuhkan jejak emosional. Anak belajar jujur bukan dari definisi jujur, tetapi dari melihat kejujuran dipraktikkan. Anak belajar menghormati bukan dari ceramah panjang, tetapi dari menyaksikan bagaimana orang dewasa memperlakukan sesamanya. Inilah yang sering luput dalam hiruk pikuk perubahan kurikulum dan kompetisi nilai. Kita terlalu cepat meminta mereka mengingat, padahal kita lupa menguatkan mereka untuk merasa.

Dalam perspektif budaya kita di Cianjur, nilai someah, hormat ka sepuh, nyaah ka nu leutik bukanlah pelajaran tercetak, tetapi warisan di dapur rumah, beranda sore, dan obrolan antar anggota keluarga. Di situlah PAUD menemukan makna — hadir menjadi mitra keluarga dalam menumbuhkan manusia kecil agar kelak tumbuh menjadi pribadi besar dalam akhlak dan tanggung jawab sosial.

Ketika karakter ditanamkan dengan cinta dan konsistensi, pengetahuan akan lebih mudah menempel. Tetapi pengetahuan tanpa karakter akan menjadi pisau tanpa sarung: berguna, namun bisa melukai. Maka penekanan PAUD pada pembiasaan religius, kemandirian, keberanian mengungkapkan pendapat, kemampuan bekerja sama, serta rasa empati, adalah pondasi dari semua pelajaran yang kelak mereka tempuh.

Pendidikan Anak Usia Dini bukan persiapan menuju sekolah — tetapi persiapan menjadi manusia. Di fase ini kita bukan sedang mencetak murid, tetapi membentuk warga masa depan: calon orang tua, calon tokoh masyarakat, calon pemimpin, calon pendidik kehidupan untuk generasi berikutnya.

Dan pada akhirnya, PAUD yang baik bukan tentang anak yang lebih cepat bisa membaca, tetapi anak yang tidak kehilangan rasa ingin tahu; bukan tentang anak yang disiplin karena takut, tetapi anak yang tertib karena mengerti; bukan tentang anak yang diam ketika diawasi, tetapi anak yang tetap berbuat benar ketika tidak ada yang melihat.

Karena sebelum pengetahuan diajarkan, karakter harus diletakkan.
Sebab pengetahuan menjawab persoalan hari ini,
tetapi karakter menjawab persoalan sepanjang hidup.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *