Home / Pendidikan / Refleksi PendidikanKurikulum Berbasis Cinta dalam Pendidikan Nonformal

Refleksi PendidikanKurikulum Berbasis Cinta dalam Pendidikan Nonformal

Oleh: Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Dikmas Kabupaten Cianjur

Di tengah perubahan zaman yang bergerak cepat—dari digitalisasi ekonomi hingga transformasi sosial—pendidikan nonformal tetap menjadi ruang yang paling dekat dengan denyut kehidupan masyarakat. SKB, PKBM, kelompok PAUD, dan berbagai satuan pendidikan masyarakat terus menjadi tempat bagi banyak orang untuk kembali menemukan harapan, arah hidup, serta kesempatan untuk bangkit. Di ruang-ruang sederhana itu, kita melihat bukan hanya proses belajar, tetapi juga proses memanusiakan manusia.

Dalam perjalanan saya mengamati dinamika pendidikan nonformal, saya menyadari bahwa ada satu fondasi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, administrasi, ataupun kurikulum teknis. Fondasi itu adalah cinta.

Apa yang Dimaksud Kurikulum Berbasis Cinta?

Kurikulum berbasis cinta bukanlah mata pelajaran baru atau konsep rumit. Ia adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan kasih sayang, rasa aman, penghargaan terhadap martabat manusia, dan sentuhan kemanusiaan sebagai inti dari seluruh proses belajar.

Dalam pendidikan nonformal, penerapannya terasa sangat nyata:

  1. Cinta sebagai Rasa Aman

Warga belajar datang dari latar belakang yang beragam—ada yang putus sekolah, ada yang terlambat belajar, ada yang membawa luka hidup. Mereka hanya bisa tumbuh jika merasa aman dan diterima apa adanya.

  1. Cinta sebagai Kesabaran

Tutor di PKBM dan pendidik PAUD adalah sosok yang penuh ketulusan. Mereka mengerti bahwa setiap anak, setiap warga belajar, memiliki ritme. Kurikulum berbasis cinta menghargai ritme itu.

  1. Cinta sebagai Penguatan Diri

Banyak warga belajar nonformal belajar bukan sekadar mengejar ijazah, tetapi mengejar harga diri. Pendidikan harus mengembalikan keyakinan diri itu.

  1. Cinta sebagai Penggerak Kreativitas

Dalam suasana penuh cinta, anak-anak PAUD lebih berani mencoba, ibu-ibu PKBM berani berwirausaha, dan remaja paket B–C berani bermimpi lebih tinggi.

  1. Cinta sebagai Arah Perubahan Sosial

Ketika pendidikan berangkat dari cinta, maka hasil akhirnya adalah masyarakat yang saling menguatkan, bukan saling melemahkan.

Mengapa Kurikulum Berbasis Cinta Relevan di PAUD, SKB, dan PKBM?

Karena satuan pendidikan nonformal adalah ruang intim, bukan birokratis. Ia dekat dengan rumah, dekat dengan keluarga, dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di sinilah nilai cinta memiliki tempat paling subur.

Anak-anak PAUD membutuhkan sentuhan lembut yang membentuk karakter.
Pemuda Paket C membutuhkan pendampingan yang tidak menghakimi.
Ibu rumah tangga di PKBM membutuhkan motivasi yang memulihkan harapan.
Warga belajar keterampilan membutuhkan kepercayaan agar berani mencoba hal baru.

Kurikulum berbasis cinta adalah jantung dari pendidikan nonformal.

Cinta dan Literasi E-Commerce: Dua Hal yang Saling Menguatkan

Saya percaya bahwa inovasi seperti Gerakan Literasi E-Commerce pun harus dibangun di atas fondasi cinta:

cinta untuk ingin memajukan ekonomi keluarga,

cinta untuk membuka akses digital bagi masyarakat kecil,

cinta untuk memberdayakan, bukan sekadar melatih,

cinta untuk menghadirkan pendidikan yang benar-benar mengubah hidup.

Ketika warga belajar dibimbing dengan kesabaran dan perhatian, mereka bukan hanya memahami cara membuat toko online—tetapi juga tumbuh sebagai individu yang percaya diri dan siap bersaing di dunia digital.

Penutup: Membangun Pendidikan Nonformal yang Lebih Manusiawi

Pendidikan nonformal bukan sekadar jalur alternatif dari pendidikan formal. Ia adalah penyelamat masa depan banyak orang. Dan penyelamat itu hanya dapat bekerja jika tenaga pendidiknya berangkat dari hati yang penuh cinta.

Kurikulum berbasis cinta adalah ajakan untuk kembali pada hakikat pendidikan:
membentuk manusia, bukan hanya mengajar materi.

Semoga pendidikan nonformal di Kabupaten Cianjur terus menjadi rumah bagi tumbuhnya cinta, harapan, dan masa depan yang lebih baik.

— Jajang Sutisna, S.Pd., M.Pd.
Kabid PAUD dan Dikmas Kabupaten Cianjur

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *