Cianjur, Kabar Rakyat Nasional — Dunia pendidikan kembali mendapat angin segar dari Kabupaten Cianjur. Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Jajang Sutisna, menyerukan pentingnya mengembalikan hakikat pendidikan pada kesadaran manusia, bukan semata pada sistem atau kurikulum.
Menurutnya, pendidikan yang sejati lahir dari nurani, bukan hanya dari administrasi.
“Kurikulum hanyalah peta, bukan perjalanan itu sendiri. Yang membedakan manusia berilmu dengan manusia bijak adalah kesadarannya dalam memahami makna di balik ilmu,” ungkap Jajang Sutisna dalam forum pendidikan bertema Pendidikan Berakar Budaya, Bergerak dengan Nurani yang digelar di Cianjur.
Dalam pandangan Jajang, dunia pendidikan modern sering kali terjebak pada rutinitas angka dan laporan, sementara esensi kemanusiaan terabaikan. Padahal, kata dia, bangsa yang besar tidak dibangun oleh sekadar banyaknya sekolah, tetapi oleh kedalaman nilai yang tumbuh di setiap proses belajar.
“Kita harus berani menantang cara pandang lama. Pendidikan bukan industri nilai, tapi perjalanan kesadaran. Di ruang belajar, anak tidak hanya mencari jawaban, tetapi menemukan dirinya,” tegasnya.
Sebagai pejabat yang berangkat dari akar masyarakat Cianjur, Jajang Sutisna menegaskan bahwa pendidikan harus berpijak pada kebudayaan lokal. Dalam tradisi Sunda, nilai silih asah, silih asih, silih asuh merupakan pilar utama pendidikan yang tidak lekang oleh zaman — sebuah filosofi yang menuntun manusia untuk belajar dengan rasa, berbagi dengan kasih, dan membimbing dengan keteladanan.
“Pendidikan itu bukan sekadar mengajar anak membaca dan berhitung, tapi menuntun agar anak memahami arti hidup. Dalam budaya kita, guru adalah cermin — bukan hanya pengajar, tapi pembentuk jiwa,” ujarnya penuh makna.

Ia juga mengingatkan bahwa di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi, pendidikan harus tetap menyalakan jiwa kebangsaan. Modernisasi boleh datang dari luar, namun nilai luhur dan akar budaya harus tetap menjadi fondasi utama.
“Kita boleh belajar dari dunia, tapi jangan kehilangan rasa dari tanah tempat kita berpijak. Cianjur ingin menunjukkan bahwa kemajuan pendidikan bisa berjalan berdampingan dengan kearifan budaya,” jelasnya.
Kegiatan yang dihadiri para guru PAUD, pendidik masyarakat, dan pegiat literasi itu menjadi ruang reflektif untuk meneguhkan kembali makna pendidikan sebagai jalan membangun manusia seutuhnya — manusia yang berilmu, beretika, dan berakar pada budayanya sendiri.
“Kalau pendidikan hanya soal kurikulum, kita hanya mencetak hafalan. Tapi kalau pendidikan dijalani sebagai kesadaran, kita membangun peradaban,” pungkas Jajang Sutisna disambut tepuk tangan peserta.
Melalui pendekatan yang memadukan intelektualitas, spiritualitas, dan kearifan lokal, Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur di bawah koordinasi Bidang PAUD Dikmas berkomitmen terus mengembangkan paradigma pendidikan berkeadaban — dari Cianjur untuk Indonesia, dari budaya untuk masa depan bangsa.













